Selasa, 09 Agustus 2016

Banyak Label Rekaman yang Belum Bayar Royalti Musisi By Pongki Barata

Banyak Label Rekaman yang Belum Bayar Royalti Musisi By Pongki Barata


ADAM STUDIO CIJANTUNG

Recording Music Murah Berkualitas


Credit To CNN Indonesia



“Zaman dulu muncul rasa ketidakpercayaan antara musisi dengan label rekaman perihal perhitungan royalti. Para musisi merasa kalau label rekaman mengelabuinya. Saya harap hal seperti itu sudah tidak ada lagi di zaman sekarang,” kata Pongki saat dihubungi CNN Indonesia pada Kamis (3/3).

Pongki pun menjelaskan, saat ini masalah royalti yang muncul ialah ketika musisi tahu jumlah penjualan album mereka secara digital, namun keuntungannya tidak kunjung dibayarkan.

“Saya tahu dari beberapa rekan-rekan musisi, Ring Back Tone-nya (fasilitas nada sambung yang dijual provider) meledak, tapi uangnya belum terima. Alasan dari label rekaman, provider belum kasih uang. Begitu seterusnya,” ujar Pongki.

Di samping masalah pembayaran royalti, muncul juga masalah bahwa sudah tidak ada lagi mau mengeluarkan uang untuk membeli karya para musisi. Menurut Pongki, orang-orang kini lebih memilih mendapatkan musik gratis dari internet. 

Baginya ini sudah menjadi masalah sejak musik digital hadir di dunia. Sejak saat itu, industri musik di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, mengalami perubahan yang signifikan. Cara berbisnis pun ikut berubah.

Melihat masalah ini, Pongki berpendapat kalau pelaku industri perlu peka terhadap apa yang harus dilakukan dan dibutuhkan. Salah satu jalan keluar para musisi dalam hal ini adalah memilih serta memiliki manajemen yang baik.

Musisi tidak hanya harus memahami proses berkarya, namun juga harus memahami cara berbisnis di bawah manajemen.

“Pada awalnya, banyak musisi yang selalu berpendapat bahwa yang penting berkarya, bisnis belakangan. Saya agak kurang setuju dengan hal itu, karena cepat atau lambat mereka akan terjebak dan tidak mendapat keuntungan yang sesuai dari karyanya, kecuali kalau mereka tidak butuh uang ya," kata Pongki.

"Musisi wajib bergandengan tangan, bekerja sama dengan orang yang mengerti bisnis, sehingga bisa mendapatkan keuntungan yang sepadan dengan kerja kerasnya. Jadi musisi harus melek bisnis juga,” lanjutnya.

Jalur Indie Lebih Nyaman

Hal serupa juga menjadi paduan bagi Jimi Multhazam, vokalis dari band independent, The Upstairs dan Morfem. Ia mengatakan bahwa musisi jangan hanya menguasai bakat bermusik, tetapi juga harus menguasai bakat berdagang.

Mengenai masalah royalti, ia merasa kalau lama-lama pasti akan ada titik cerah di industri musik Indonesia. Demi menghindari kerumitan masalah itu, saat ini ia menyarankan para musisi untuk merilis karya secara mandiri, tidak berada di bawah label rekaman besar.

Selain lebih transparan, merilis karya sendiri juga membuat seorang musisi menjadi tertantang berkreatifitas.

“Musisi zaman sekarang wajib tahu juga soal pemasaran, penjualan dan sejenisnya. Jadi ketika sudah memutuskan berada di jalur indie, mereka bisa mengontrol semuanya," kata Jimi, ketika diwawancara oleh CNN Indonesia.

"Musisi indie juga harus jeli dengan siapa mereka bekerja sama. Mereka juga harus jadi negosiator ulung. Karena penampilan bukan hanya ketika berada di panggung. Di belakang panggung pun pertunjukan tetap berjalan,” lanjutnya.

Kembali ke Pongki, untuk menyelesaikan kerumitan masalah royalti musik, ia menyatakan perlu dukungan dari semua pihak, terutama pemerintah, untuk membuat peraturan demi melindungi para musisi dari pebisnis yang licik.

Selain itu Pongki mengatakan juga perlu hati nurani dalam membereskan masalah ini.

“Ini perlu hati nurani saya rasa. Musisi dan pebisnis harus sama-sama punya rasa respek. Ini yang sudah lama hilang di Indonesia,” ujar Pongki.

“Tidak boleh saling menyalahkan, tapi lakukan yang terbaik di bidangnya masing-masing. Ini akan mendorong pertumbuhan industri dengan baik. Saya rasa itu cara yang terbaik untuk bisa memajukan industri ini,” lanjutnya menutup pembicaraan.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar